Beberapa waktu yang lalu, Menteri Pendidikan dan Kebudayaan baru 
kita, Muhadjir Effendy mengatakan rencananya untuk menghapus pemberian 
pekerjaan rumah (PR) kepada siswa. Tujuannya adalah untuk mewujudkan 
visi pendidikannya yaitu sekolah harus bisa menyajikan pembelajaran yang
 menggembirakan. Meski demikian, ternyata masih banyak perdebatan 
tentang dampak dari kebijakan yang akan diambil Pak Muhadjir Effendy 
ini. Kira-kira apa ya dampak kebijakan penghapusan pemberian 
PR?
Lebih banyak waktu buat istirahat dan melatih softskill
PR yang terlalu banyak dari para guru tentunya akan menyita banyak 
waktu, terutama waktu untuk istirahat. Di Indonesia, rata-rata seorang 
siswa harus menuntut ilmu disekolah selama 9 jam per hari. Dan belum 
termasuk kegiatan diluar Kegiatan Belajar Mengajar (KBM) seperti 
ekstrakurikuler dan bimbingan.
Bisa lebih dekat sama keluarga
Dampak dari terlalu banyak PR yang diterima siswa adalah berkurangnya family time. Padahal, family time
 atau waktu waktu luang untuk berkumpul dengan keluarga ini sangat 
penting loh geng. Salahsatu manfaatnya adalah menumbuhkan keakraban dan 
saling keterbukaan antar sesama anggota keluarga, sehingga keluarga 
menjadi damai dan harmonis. Selain itu, dengan berkumpul dan berbincang 
bersama keluarga dapat menghilangkan stres.
Belajar jadi lebih enteng karena nggak ada beban
PR adalah salah satu sarana bagi guru untuk mengevaluasi ketuntasan 
suatu materi. Tapi kalau PR yang diberikan dalam jumlah berlebih akan 
menjadi beban bagi siswa dan akhirnya malah jadi penghalang ketika akan 
belajar. Seringkali PR yang bertumpuk dan deadline yang 
mengantri membuat kita jadi lupa belajar, tertutama pelajaran-pelajaran 
yang membutuhkan pemahaman lebih seperti matematika dan ekonomi.
Buku pelajaran menjadi ‘rapi’
Dalam jumlah yang ngga terlalu banyak dan dengan batas waktu 
pengerjaan yang ‘manusiawi’, PR akan membuat siswa menjadi lebih mudah 
memahami suatu materi tanpa merasa terbebani. Tapi kalau tidak ada PR 
sama sekali terkadang malah bikin siswa menjadi malas dan tidak mau 
mengulang pelajaran di kelas. Hasilnya, buku catatan ataupun buku paket 
menjadi bersih dan rapi karena tidak tersentuh.
Mengurangi dosa
Saking banyaknya tugas yang diberi oleh para guru, kadang membuat 
siswa untuk berpikir menjadi lebih kritis dan akhirnya mengambil jalan 
pintas, seperti menyalin tugas teman. Tapi cara ini bukanlah cara yang 
paling baik buat menyelesaikan tugas, guys. Masih banyak cara untuk 
mengumpulkan semua tugas tanpa harus berbuat curang, misalnya dengan time-management yang baik.